HMI Cabang Tembilahan Minta Pemda Investigasi Penyebab Banjir di Kemuning
Insel, detikriau.id – Hujan lebat yang mengguyur wilayah Kecamatan Kemuning Kabupaten Indragiri Hilir, Riau menyebabkan banjir disejumlah desa, di antaranya Desa Keritang, Desa Batu Ampar, Kelurahan Selensen.. Kejadian ini mengakibatkan ratusan rumah warga terendam dan memaksa sejumlah keluarga mengungsi.
Banjir yang terjadi sejak senin (30/12/2024) ini telah meluas hingga selasa dini hari (31/12), turut merendam beberapa Desa lainnya, seperti Desa Kemuning Muda, Limau Manis, Lubuk Besar, dan Kemuning Tua.
Kepala Desa Keritang, Surodi menyebut banjir ini merupakan banjir terbesar dalam sejarah Kecamatan Kemuning. “Iya, banjir ini terbesar yang pernah terjadi di Kecamatan Kemuning. Ada ratusan rumah warga kami yang terendam banjir. Namun saat ini semuanya sudah pulang ke rumah masing-masing karena air di desa kami mulai surut,” ungkap Surodi pada Selasa (31/12).
Dampak banjir juga menyebabkan kerusakan signifikan, termasuk 18 rumah di Desa Batu Ampar yang mengalami kerusakan berat. Total 703 rumah di beberapa desa terdampak banjir, dan tidak ada korban jiwa dilaporkan.
Kapolres Indragiri Hilir, AKBP Budi Setiawan, mengatakan bahwa pihaknya bersama TNI, BPBD, dan pemdes telah mengerahkan personel untuk membantu evakuasi warga, menyalurkan bantuan, serta mendirikan posko pengungsian.
Namun, di tengah upaya penanganan bencana ini, muncul sorotan terkait penyebab utama banjir. Beberapa warga menduga bahwa banjir besar ini salah satunya dipicu oleh kerusakan lingkungan di wilayah tersebut.
“Hutan di sekitar sini sudah banyak yang gundul. Ini mungkin saja akibat aktivitas perusahaan yang beroperasi di wilayah kami,” ungkap seorang warga setempat.
Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Tembilahan, Muhammad Yusuf, menyampaikan keprihatinannya atas bencana banjir yang melanda Kecamatan Kemuning. Ia juga mengapresiasi seluruh pihak yang telah sigap membantu masyarakat, mulai dari kepolisian, TNI, BPBD, pemerintah desa, hingga relawan lainnya.
“Kami sangat prihatin dengan keadaan banjir ini dan dampaknya kepada masyarakat. Apresiasi yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada semua unsur yang telah sigap menangani bencana ini,” ujar Muhammad Yusuf dalam keterangannya, Selasa (31/12). Ia juga menekankan pentingnya langkah konkret dari pemerintah dalam menangani akar masalah banjir.
“Pemerintah harus memperhatikan dan bertindak tegas atas penyebab utama dari banjir ini. Bencana yang setiap tahun semakin besar ini tidak boleh terus dibiarkan. Bila memang ada indikasi kerusakan alam, terlebih jika disebabkan oleh aktivitas perusahaan, maka hal itu harus dievaluasi,” tegasnya.
Menurutnya, kerusakan lingkungan, seperti hutan yang gundul akibat pembukaan lahan, berpotensi memperparah banjir. Ia mendesak pemerintah untuk segera melakukan investigasi mendalam sebagai langkah preventif terhadap perusahaan yang beroperasi di wilayah tersebut untuk memastikan bahwa kegiatan mereka tidak merugikan masyarakat maupun lingkungan.
Hingga berita ini diturunkan, situasi banjir di Kecamatan Kemuning berangsur surut. Meski demikian, petugas gabungan tetap bersiaga untuk membantu masyarakat dan mencegah potensi banjir susulan akibat cuaca ekstrem yang masih mengancam wilayah tersebut.
Untuk sekedar mengabarkan, berdasarkan data yang diterima, hingga 1 Januari 2025 data korban banjir di Kecamatan Kemuning terlampir sebagai berikut;
Desa Keritang Hulu : 133 KK/rumah, Batu Ampar : 180 KK/rumah, Selensen : 99 KK/rumah, Kemuning Muda : 56 KK/rumah, Kemuning Tua : 27 KK/rumah, Limau Manis : 289 KK/rumah, Lubuk Besar : 110 KK/rumah, Sekayan: 2 KK/rumah dan Desa Talang Jangkang : 17 KK/rumah Banjir kali ini juga menyebabkan 11 unit rumah warga hanyut terseret air, 17 rumah rusak berat dan 885 rumah terendam./*/red