mgid.com, 610011, DIRECT, d4c29acad76ce94f
20 Januari 2025

Narasi Miring Pembelaan Dugaan Kasus Pemerasan Oleh Oknum yang Mengaku Wartawan, Ketum IWO Angkat Bicara

0
c1570172-02ba-49d3-a264-233272fe9bdc

Ketua Umum Ikatan Wartawan Online Teuku Yudhistira bersama Dankor Brimob Komjen Pol Drs Imam Widodo, M.Han/foto: Ist

“… itu cenderung opini-opini menyesatkan, bukan lagi produk pers, bahkan tidak ada di dalam tulisan itu kode etik, tidak ada lagi mengindahkan UU Pers, … semua opini justifikasi dan tendensius,”

“jika wartawan memanfaatkan profesinya untuk keuntungan pribadi misalnya melakukan pemerasan maka jangan sebut orang yang telah mencoreng profesi mulia ini sebagai wartawan”

Jakarta,detikriau.id – Tidak ada yang kebal hukum di negara ini dan tidak ada satupun pihak yang bisa lolos dari jerat hukum jika memang terbukti melakukan tindak pidana.

Demikian ditegaskan Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Wartawan Online (IWO) Teuku Yudhistira menyikapi peristiwa penangkapan dua orang yang mengaku wartawan di Tembilahan, Indragiri Hilir, Riau

Tindak penegakan hukum oleh Kepolisian dalam kasus ini, Teuku Yudhistira berpendapat jelas sebuah tindakan penyelamatan profesi jurnalis dari oknum-oknum tidak bertanggungjawab yang berupaya mencari keuntungan pribadi diatas profesi.

“Sebagai wartawan kita harus memahami sejauh apa tupoksi kita. Ketika masih berkaitan dengan pemberitaan dan seorang wartawan kemudian dikriminalisasi dengan hasil karya jurnalistiknya karena ada pesanan pihak tertentu, seluruh jurnalis pasti akan bersatu melawannya. Tapi jika wartawan memanfaatkan profesinya untuk keuntungan pribadi misalnya melakukan pemerasan, maka jangan sebut orang yang telah mencoreng profesi mulia ini sebagai wartawan,” tegasnya saat ditemui di Jakarta, senin (24/10)

Dikatakan Yudhis, tidak boleh satu orang pun di negara ini yang boleh menjustifikasi atau mencampuri ranah pidana selama prosesnya berlangsung.

“Sebagai wartawan kita juga harus paham terkait prosedur hukum seperti apa. Meski dua orang yang ngaku wartawan itu terduga pelaku pemerasan itu sekarang ditahan di Polres Inhil, tentu polisi punya pertimbangan dan pastinya tetap mengedepankan asas praduga tak bersalah. Bukan sebaliknya malah sengaja membuat stigma negatif di tengah masyarakat Inhil, sangat keterlaluan bila ada seseorang yang justru menyerang pihak Polres Inhil bahkan menghina seorang Kapolres karena yang ditangkap itu rekan atau anak buahnya atas kesalahannya sendiri,” kecamnya.

Pendiri Jaringan Masyarakat Pecinta Kepolisian Nasional (Jampolnas) ini pun mengaku keberatan atas sikap salah  seseorang  yang mengaku sebagai ketua organisasi wartawan, saat ini tengah gencar membuat narasi-narasi menyesatkan lewat media online sehingga seolah menjadikan media sebagai alat tempurnya untuk menyerang orang yang berseberangan dengannnya.

“Seperti yang saya baca di beberapa media tersebut, itu cenderung opini-opini menyesatkan yang dibuat, bukan lagi produk pers, bahkan tidak ada di dalam tulisan itu kode etik, tidak ada lagi mengindahkan UU Pers, karena isinya semua justifikasi, taunya hanya pihak kepolisian tapi isi tulisannya semua opini justifikasi dan tendensius,” sesalnya.

Untuk menyikapi hal itu tidak semakin melebar, Yudis meminta pihak Dewan Pers bersikap dan bisa berkoordinasi dengan Polri bisa segera mengambil langkah-langkah strategis terkait media yang dijadikan alat menyerang seperti ini.

“Saya rasa Kapolres Inhil sudah sepatutnya mengambil langkah hukum terkait pihak-pihak yang sengaja berupaya mengaburkan penanganan hukum lewat narasi sesat di sejumlah media, apalagi yang sudah menyangkut penghinaan terhadap pribadi ataupun institusi,” pungkas Yudhis./rls/editor: dro

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!